Siklusjambi.id – Kematian harimau Sumatra terakhir di Kebun Binatang Taman Rimbo, Kota Jambi, menyisakan keprihatinan mendalam. Harimau betina bernama Uni, yang telah hidup sendirian sejak 2019, meninggal dunia pada Kamis (29/5) di usia 23 tahun.
Menanggapi hal ini, Anggota DPRD Provinsi Jambi, Pinto Jayanegara, menyebut perlunya evaluasi serius terhadap pengelolaan satwa langka di Jambi.
Ia menilai satwa dilindungi seperti harimau sebaiknya tidak lagi dipelihara dalam kondisi minim perawatan, apalagi setelah Taman Rimbo kehilangan semua harimaunya.
“Harimau di Taman Rimbo sudah habis. Kalau memang tidak mampu merawat dengan standar tinggi, lebih baik satwa langka seperti harimau dipindahkan ke tempat yang benar-benar siap, seperti Ragunan, Taman Safari, atau bahkan ke luar negeri,” ujar Pinto, Senin (02/06/2025).
Menurut Pinto, Uni seharusnya bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak di usia tuanya. Sebelumnya, ia hidup menyendiri di kandang sempit setelah pasangannya, Peter, mati diracun pada 2013.
Uni juga kehilangan semua anaknya: dua mati saat lahir, satu dipindahkan ke kebun binatang lain, dan satu lagi, Ayu, mati karena penyakit tahun 2019.
Harimau Sumatra (Panthera tigris sondaica) merupakan subspesies harimau terakhir yang masih hidup di Indonesia. Menurut data IUCN dan Kementerian LHK, populasi liar diperkirakan tinggal kurang dari 600 ekor, terancam oleh perburuan dan kerusakan habitat.
Sebagai bentuk perlindungan tambahan, lebih dari 300 ekor harimau Sumatra kini dirawat di kebun binatang seluruh dunia melalui program konservasi ex-situ. Beberapa kebun binatang luar negeri bahkan berhasil melakukan pengembangbiakan dan terapi perilaku untuk meningkatkan kualitas hidup satwa ini.
“Di tempat seperti Chester Zoo di Inggris atau Taronga Zoo di Australia, harimau-harimau dirawat secara profesional, ada enrichment, analisis genetik, dan dokter hewan khusus. Itu tempat yang layak untuk spesies langka ini,” kata Pinto.
Pinto meminta Pemprov Jambi dan Pemkot Jambi segera menyusun rekomendasi kebijakan baru terkait konservasi satwa langka.
“Kita jangan bangga hanya karena punya kandang harimau. Yang kita butuhkan adalah kualitas hidup satwa yang kita pelihara. Kalau belum mampu, mari kita akui dan cari mitra yang mampu,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa kematian Uni harus menjadi pelajaran penting agar tragedi serupa tidak terulang kembali. (Adv)
Discussion about this post