Oleh: Aisyah Nurul Aini
Indonesia merupakan Negeri yang kaya. Luas wilayah Indonesia yang membentang dari sabang sampai Merauke menjadikannya tak hanya kaya akan sumber daya alamnya saja, tetapi juga kaya akan keberagaman diantaranya keberagaman suku, ras, kebudayaan, agama, keyakinan dan masih banyak lagi.
Adanya keberagaman di Indonesia tidak membuatnya terpecah belah justru dengan adanya keberagaman tersebut menjadikan Indonesia menjadi negeri yang indah yang tidak dimiliki negara lain.
Bahkan semboyan Bangsa Indonesia sendiri adalah Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki makna berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Dalam keberagaman di Indonesia, kuncinya berada pada toleransi.
Toleransi memiliki peran penting dalam menciptakan suasana yang harmonis di dalam masyarakat yang majemuk.
Salah satu keberagaman yang menarik untuk dibahas yaitu keberagaman agama.
Wujud toleransi terhadap keberagaman agama tampak jelas pada salah satu desa yang ada di Jawa Timur tepatnya di Desa Tanon, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri.
Tercatat akhir tahun 2020 lalu penduduk Desa Tanon berjumlah 3.144 jiwa yang menganut 4 agama diantaranya Agama Islam, Hindu, Katholik, dan Kristen.
Keberagaman agama antar masyarakat Desa Tanon membuat desa ini menjadi spesial dan cukup populer khususnya di Kabupaten Kediri.
Adanya toleransi antar umat beragamalah yang menjadikannya mendapat predikat itu.
“Warga sendiri sudah paham betul arti dari Bhinnekaan Tunggal Ika,” tutur Kusnadi, Kepala Desa Tanon.
Kusnadi mengungkap bahwa kerukunan dan toleransi beragama di Desa Tanon dapat terjalin dengan baik karena warganya yang sudah memahami dan mengamalkan semboyan Bangsa Indonesia itu dalam kesehariannya.
Bentuk konkret toleransi beragama terlihat saat adanya ritual atau perayaan agama di Desa Tanon. Para pemuda pemeluk agama lain dengan sukarela dan tanpa ragu ikut berpartisipasi dalam perayaan tersebut.
Mereka tidak hanya ikut serta dalam perayaannya, tetapi juga turut membantu dalam mengamankan lokasi, mengatur lalu lintas di jalan, dan memberikan dukungan di luar aspek peribadatan.
Misalnya ketika agama Islam merayakan takbir keliling sebagai rasa syukur atas selesainya menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan menyambut Hari Raya Idul Fitri, pemeluk agama lain dengan senang hati mengulurkan tangannya untuk membantu mensukseskan perayaan takbir keliling.
Dalam Agama Hindu pun ketika Hari Raya Nyepi, warga Desa Tanon dapat menghormati adanya ritual tersebut dengan meminimalisir kebisingan. Meskipun tidak bisa vakum seperti di Bali, warga tetap berusaha untuk tidak membuat kebisingan di lingkungan sekitar sehingga pemeluk Agama Hindu bisa beribadah dengan tenang dan khidmat.
Salah satu perayaan atau tradisi rutin di Desa Tanon adalah do’a bersama 17 Agustus yang dikenal juga sebagai peringatan Kopral Kasemo yaitu bentuk penghormatan terhadap pahlawan perjuangan yang gugur di Desa Tanon.
Melalui perayaan ini, warga desa bersatu dalam semangat nasionalisme dan menghargai jasa-jasa para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Dalam peringatan tersebut, doa bersama diadakan berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing, yang dilakukan di jalanan desa yang sudah dibersihkan dan diatur dengan sekat-sekat oleh para pemuda Desa Tanon berdasarkan agama masing-masing.
Pelaksanaan peringatan ini dengan jelas mencerminkan adanya toleransi antar umat beragama di Desa Tanon.
Penulis adalah Mahasiswi UINSA Surabaya
Discussion about this post